HOME SHOOLING
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena
melalui pendidikan seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang nantinya
dapat digunakan dan diterapkan pada kehidupannya.
Banyak orang
beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di sekolah formal. Padahal
pendidikan di sekolah formal tidak sepenuhnya bisa memberikan apa yang
diharapkan orang tua terhadap anaknya. Pendidikan formal sering kali memberikan
rasa jenuh kepada anak, jam pelajaran yang berlebihanlah yang mungkin menjadi
penyebabnya. Jika UNESCO mensyaratkan 800-900 jam pelajaran per tahun untuk SD,
Indonesia justru memberlakukan 1.400-an jam per tahun. Jika demikian anak akan
merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan. Selain itu nilai-nilai moral, iman
dan taqwa, dan pendidikan yang bermutu sering kali meskipun sudah diberikan di
sekolah akan tetapi masih banyak menciptakan generasi bangsa yang yang tidak
bermoral dan tidak berakhlak baik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya
generasi-generasi muda yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik seperti
tawuran, membolos, menggunakan obat-obatan terlarang, membentuk geng-geng motor
yang anarkis.
Dari bentuk
kekecewaan orang tua tersebut diatas maka muncul ide-ide dari orang tua untuk
memberikan pendidikan untuk anaknya di rumah. Pendidikan ini biasa disebut
homeschooling. Tetapi apakah benar homeschooling ini benar-banar bias menjadi
alternatif pendidikan untuk solusi diatas?
Untuk itu pada
makalah ini akan dibahas mengenai homeschooling sebagai pendidikan alternatif
untuk anak.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Pengertian home shooling
2. Kurikulum home shooling
3. Persamaan dan peredaan kurikulum home shooling dengan kurikulum di sekolah
4. Kiijakan pemerintah terhadap home shooling
5. Analisis terhadap keunggulan,
kelemahan, tantangan dan peluang terhadap alternatif untuk anak indonesia
C. Pengertian
homeschooling
Istilah Homeschooling sendiri
berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan
bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home
education, home based learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum
homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk
bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggungjawab berarti orangtua
terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah
dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan
keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar.[1]
Banyak
pengertian mengenai homeschooling, dan berikut ini adalah beberapa pengertian
menganai homeschooling, antara lain:
1. Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur
Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella
Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun
berlangsung dalam suasana yang kondusif.
2. Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah
keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan
menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
D. Jenis-jenis
homeschooling
Dalam
penerapannya ternyata homeschooling dibagi menjadi 3 jenis, adapun jenis-jenis
tersebut antara lain:
1. Homeschooling tunggal, merupakan homeschooling yang hanya
melibatkan orang tua dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya.
Pada homeschooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai
pembimbing, teman belajar
ataupun penilai. Homeschooling ini memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi
karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
2. Homeschooling Majemuk, dilaksanakan oleh dua keluarga
atau lebih untuk kegiatan tertentu, sedangkan kegiatan pokok tetap dilaksanakan
oleh orang tua masing-masing. Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial
anak karena melibatkan anak-anak lain. anak akan terpacu pula untuk
berkompetisi sehingga akan timbul semangat untk bersaing untuk berprestasi
menjadi yang lebih baik akan tetapi tetap positif.
3. Homeschooling Komunitas, merupakan gabungan beberapa
homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, RPP, bahan ajar,
sarana, serta jadwal pembelajaran. Peserta didik yang mengikuti homeschooling
komunitas memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan
homeschooling lainnya.[2]
E. Kurikulum
Banyak
kurikulum yang dapat di jadikan acuan bagi orang tua, akan tetapi keputusan
penuh berada pada orang tua. Orang tua dapat menggunakan kurikulum Depdiknas
ataupun kurikulum international yang sudah banyak keberadaannya. Akan tetapi
meskipun sudah banyak kurikulum yang ada orang tua tidak bisa sepenuhnya
mengikuti salah satu kurikulum tanpa memperhatikan kemampuan dan kemauan anak.
Kurikulum tetap harus dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan kemauan anak
agar tetap berjalan lancar.
F. Perbedaan Dan Persamaan Kurikulum Homeshooling Dengan Sekolah Formal
Model
pendidikan yang paling terkenal dan diakui masyarakat adalah sistem sekolah
atau pendidikan formal baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta.
Sekolah umum seringkali dipandang sebagian orang lebih valid dan disukai.
Namun bagi
sebagian orang, sistem sekolah umum merupakan sekolah yang tidak memuaskan bagi
perkembangan diri anak. Sekolah umum menjadi kambing hitam atas output yang
dikeluarkannya. Hal ini terlihat dari output pendidikan formal banyak menjadi
koruptor, pelaku mafia peradilan, politisi pembohong, dan penipu kelas kakap.
Alasan kekecewaan itulah memicu keluarga-keluarga memilih sekolah rumah alias
homeschooling sebagai pendidikan alternatif.
Pada
hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah
sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang
diharapkan. Namun homeschooling dan sekolah memiliki perbedaan.
Pada sistem
sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orang tua kepada guru dan
pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak
sepenuhnya berada di tangan orang tua.
Sistem di
sekolah terstandardisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara
sistem pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi
keluarga.
Pada sekolah,
jadwal belajar telah ditentukan dan seragam untuk seluruh siswa. Pada
homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung pada kesepakatan antara anak
dan orang tua.
Pengelolaan di
sekolah terpusat, seperti pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar.
Pengelolaan pada homeschooling terdesentralisasi pada keinginan keluarga
homeschooling. Kurikulum dan materi ajar dipilih dan ditentukan oleh orang tua.[3]
G. Kelemahan dan
kelebihan homeschooling
Pada dasarnya
tidak ada satupun model pendidikan yang sempurna. Begitu pula homeschooling,
model pendidikan ini juga tidaklah sempurna dan memiliki kelemahan maupun
kelebihan,yaitu:
1. Kelebihan Homeschooling
a. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk mengembangak
kreativitasnya dengan susasana yang nyaman tanpa ada tekanan.
b. Melindungi anak dari NAPZA, pengaruh-pengaruh buruk
seperti pergaulan yang menyimpang.
c. Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata .
d. Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi
dan lingkungan social.
e. Memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di
luar jam belajarnya.
f. Pelajaran yang akan dipeljari dapat diatur sesuai
kebutuhan anak dan kondisi keluarga.[4]
2. Kelemahan Homeschooling
a.
Anak-anak yang belajar
di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status
sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di
masyarakat.
b.
Sekolah merupakan
tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai
keberhasilan setinggi-tingginya.
c.
Homeschooling dapat
mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan,
sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.
d.
Apabila anak hanya
belajar di homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang
kurang menyenangkan sehingga ia kurang siap untuk menghadapi berbagai
kesalahan atau ketidak pastian.[5]
H. Sejarah
Homeschooling Di Indonesia
Tidak dapat
diketahui persis kapan homeschooling masuk ke Indonesia, akan tetapi ternyata
sejak dulu homeschooling sudah diterapkan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara dan
K. H. Agus Salim merupakan orang yang telah menerapkan homeschooling.
Ki Hajar
Dewantara memiliki ide untuk menjadikan rumah sebagai tempat sekolah. Bahkan
dalam buku yang berjudul Karja Ki Hadjar Dewantara, bagian I: pendidikan yang
diterbitkan oleh Madjelis Luhur persatuan Taman Siswa pada tahun 1962 tertulis
pada salah satu artikel bahwa tiap-tiap orang djadi Guru; tiap-tiap Rumah djadi
Perguruan!.
Selain Ki
Hajar Dewantara ada pula K. H. Agus Salim yang sudah menerapkan homeschooling
pada anaknya. Anak-anak K. H. Agus Salim tidak di sekolahkan melainkan dididik
sendiri olehnya. Bahkan bukan hanya membaca, menulis, berhitung, belajar
kesnian dan lainnya yang diajarkan, tapi juga berbagai bahasa asing.
I. Homeschooling
Sebagai Pendidikan Alternatif Untuk Anak
Kenyataan
bahwa pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang
tua menjadikan homeschooling sebagai solusi pendidikan alternatif bagi orang
tua yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan. Banyak beberapa pertimbangan bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih
homeschooling sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
1. Sistem belajar
dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua
Orang tua yang
cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif pergaulan anak dan tidak puas
dengan kinerja sekolah formal dapat memilih homeschooling sebagai solusi . Hal
ini dikarenakan homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya
dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau secara
langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa segala sesuatu
yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi tanggung jawab penuh
orang tua.
2. Kegiatan
belajar flexibel
Nama sekolah
rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar sepenuhnya dilaksanakan
dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau dikondisikan sesuai dengan
kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar dapat dilakukan di manapun dan kapanpun orang tua atau peserta didik mau.
Misalnya pada saat orang tua akan pergi ke kantor pos untuk mengirim surat,
pada saat itu pula orang tua dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak seperti
tata cara menulis surat yang baik, bahasa yang baik untuk menulis surat,
langkah-langkah untuk mengirimkan surat, dan masih banyak yang lainnya.
3. Perkembangan
psikologis anak
Banyak orang
tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling seperti kurangnya
sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya orang tua tidak perlu
mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang telah dikemukakan pada bagian
atas bahwa home schooling memiliki 3 jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling
tersebut merupakan jenis homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan
bersama-sama dengan keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat
ditanggulangi dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang
memiliki anak yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk
sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu tempat
yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
4. Tersedianya
sarana yang lengkap di lingkungan
Tersedianya
sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat tanpa adanya sarana yang
lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar akan terhambat. Dan yang
menggembirakan perkembangan homeschooling pada saat ini juga diikuti dengan
perkembangan fasilitas di dunia nyata. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas
pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman,
stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit),
fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan
fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
5. Pengakuan
pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling
bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui oleh pemerintah.
Homeschooling merupakan pendidikan yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah
hal ini dibuktikan dengan peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh
diknas. Ijazah tersebut bisa didapat
dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain itu pihak yang melaksanakan
homeschooling harus proaktif dengan melapor pada dinas setempat agar dicatat.
Melihat
beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika homeschooling
dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan tetapi semuanya
kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah percaya bahwa dengan
homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang bila di
sekolahkan di sekolah formal.
J. Penutup
1. Kesimpulan
Dengan adanya
ketidak puasan akan sekolah formal, kekhawatiran orang tua akan pergaulan anak,
beberapa pertimbangan seperti sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh
orang tua, kegiatan belajar flexible, perkembangan psikologis anak, tersedianya
sarana yang lengkap di lingkungan, dan pengakuan pemerintah terhadap
homeschooling maka dapat diambil kesimpulan bahwa homeschooling merupakan
solusi pendidikan alternatif untuk anak. Akan tetapi untuk keputusan semuanya
dikembalikan lagi pada orang tua masing-masing anak.
2. Implikasi
Bagi orang tua
yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif untuk
anak, sebaiknya benar-benar mempertimbangkannya matang-matang. Karena keputusan
yang akan diambil adalah penentu bagi masa depan anak.
Daftar Kepustakaan
Kompas Cyber
Media, 29 Agustus 2005: “Home Schooling” Model Pendidikan Alternatif
Sarie
Febriane/ Clara Wresti, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Harian Kompas, 13 Maret
2005
Sumardiono,
Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2007
Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung
2003
Kembara Maulia
D, Homeschooling, Bandung:
Progressio, 2007.
en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/edisi/20080115131519/Januari-2008--Program-PNFI-Makin-%60Membumi%60.html">Januari 2008 | Program PNFI Makin
"Membumi"
http://erura.blogspot.com/2010/03/makalah-homeschooling-sebagai.html
[1]Sumardiono,
Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2007), h. 4
[2]Adilistiono, Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan (Ragam
Jurnal Pengembangan Humaniora, Volume 10 Nomor 1, April 2010)
[3]http://www.pendidikanluarsekolah.co.cc/2011/03/homeschooling-sebuah- pendidikan.html